Hari-hari belakangan kita dihadapkan pada situasi yang mengaduk - aduk emosi. Rasa marah, menyesali tangis, tawa, heran, lelah, pasrah, greget dan gemes menyatu dalam rasa.
Adonan rasa yang semula tidak diprediksi oleh siapa pun. Ada drama menggantung SK, ada drama penyerahan SK tengah malam, ada drama pengalihan dukungan, ada drama undur diri dari kontestasi bahkan ada drama gagal maju Pilkada.
Di Pilgub Banten misalnya, Airin baru mendapatkan restu dari DPP Golkar secara resmi sehari menjelang pendaftaran, karena DPP Golkar memberikan restu ke Andra Soni.
Ketika Golkar balik arah, drama pengembalian restu oleh Andra Soni pun terjadi. Jadi, malam hari Andra kembalikan restu ke Golkar ke DPP, padahal belum 24 jam Andra menerima restu DPP Golkar.
Pagi harinya Bahlil, Ketum Golkar yang baru terpilih mengumumkan banting setir dari Andra ke Airin. Sebelum dapat restu DPP Golkar, Airin memberanikan diri masuk ke kandang Banteng.
Di kandang banteng, Airin di ospek langsung oleh Megawati. Cukup keras dan orang yang melihat Airin diospek di kandang banteng merasa iba, tidak tega liat Airin diospek Mega.
Di Tangsel pun terjadi drama, Riza Patria, kader Gerindra terpaksa angkat kaki atau mengibarkan bendera putih yang artinya dia mengundurkan diri dari pencalonan sebagai Calon Wali Kota Tangerang Selatan dan Gerindra pun berlabuh ke gerbong lain bersama Golkar.
Sehari sebelumnya drama terjadi di tubuh PKS, yang menarik dukungan dari semula ke Reza Patria akhirnya harus berlayar sendiri dengan bulan sabitnya.
Secara resmi PKS menyodorkan nama Ruhamaben dan Dokter Shinta, keduanya adalah kader PKS. Sementara itu di Jakarta, drama juga terjadi karena Anies Baswedan akhirnya tidak bisa maju Pilkada baik di Jakarta maupun di Jawa Barat.
Karena PKS, Nasdem dan PKB enggan mengusung Anies pada Pilkada Jakarta. PDIP pun lebih memilih kadernya sendiri, yaitu Pramono Anung dan Rano Karno pada Pilkada Jakarta.
Drama juga terjadi di tubuh Golkar, Ridwan Kamil yang semula maju Pilkada Jabar terpaksa harus dihijrahkan ke Pilkada Jakarta dengan konsep tuker guling bareng Gerindra, dimana kader Gerindra yang maju Pilkada Jabar sementara Ridwan Kamil ditaruh di medan "neraka" yaitu di Jakarta.
Drama - drama politik sebenarnya hal lumrah, tapi pada Pilkada Serentak 2024 ini lebih dramatis karena ada warming up dramanya, mulai dari mundurnya Airlangga Hartarto sebagai Ketum Golkar hingga adu kuat antara Cak Imin, Ketum PKB dengan Gus Yahya Ketum PB NU.
Perang urat syaraf terjadi diantara elit PKB dan elit NU selama berhari hari. Bahkan sampai Munas PKB di Bali pun masih terjadi riak riak masalah.
Lalu ada drama putusan MK, yang membuat kaget koalisi KIM Plus yang dimotori Gerindra. PDIP mendapat angin segar karena dia akhirnya bisa mengusung sendiri sebagai efek dari putusan MK.
Terbaru ada drama Kaesang yang terbongkar pikniknya ke luar negeri dengan menggunakan jet pribadi. Belakangan ia dilaporkan ke KPK oleh pegiat anti korupsi.Belum tahu ujungnya kemana.
Saya perkirakan drama drama politik akan terjadi nanti setelah Prabowo dilantik sekaligus mengakhiri Jokowi duduk dari singgasana Presiden setelah selama 10 tahun ia duduki.
Akan terjadi drama pemilihan menteri, drama hukum, drama hasil pilkada. Jadi siap siap saja buat menyaksikan drama drama politik berikutnya.
Penulis,
Karnoto
Founder anaberita.com