TUYlGpdlGpC5TpM8BUWoTfMlGi==

Rasa Manis Public Speaking Anies




Peta politik usai Lebaran semakin terlihat jelas pasca PDIP secara resmi mencalonkan Ganjar Pranowo sebagai calon Presiden pada Jum'at, 21 April 2023.


Artinya, paling tida sudah ada tiga yang menggeliat, yaitu Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo. Meski posisi Prabowo saat ini diisukan akan menjadi Cawapres Ganjar tapi Prabowo sampai hari ini keukeuh menjadi Capres.

Tapi sorotan publik paling tajam pada dua orang, yaitu Anies dan Ganjar. Ketajaman publik kepada dua orang ini wajar mengingat positioning Prabowo saat ini masuk dalam lingkaran kekuasaan dengan Jokowi sehingga dianggap bagian istana bukan antites Jokowi.

Dalam politik satu hal yang menjadi perhatian adalah gaya komunikasi politik atau skill public speaking calon. Nah, Anies dan Ganjar terlihat berbeda pakai banget soal ini.

Paling tidak kita bisa menyoroti saat keduanya pidato politik saat deklarasi. Anies dideklarasikan sebagai Capres oleh Partai Nasdem pada 22 Oktober 2022 sedangkan Ganjar pada 21 April 2023.
Kalau melihat pidato keduanya pada bagian pembuka mungkin tidak jauh berbeda, karena isinya soal ucapan terima kasih kepada pimpinan partai. Hanya saja, body language yang terlihat berbeda. Anies terlihat cool, santai sedangkan Ganjar terlihat tegang.

Ini terlihat jelas ketika melihat cara Anies menggerakkan micropon di podium, sangat santai dan tenang. Sementara Ganjar terlihat tegang ketika diberikan micropon oleh Sekjen DPP PDIP makanya Ganjar sempet ada kalimat yang diralat dalam pidatonya, karena speednya terlalu cepat akibat tegang.

Ini bisa dimaklumi mengingat ada history yang berbeda deklarasi Ganjar dengan Anies. Sebelum dideklarasikan, Ganjar sempat dikritik habis habisan oleh sejumlah elit PDIP, diantaranya Bambang Pacul, Trimedya Pandjaitan karena dinilai terlalu ambisius nyapres sementara ada Puan Maharani yang mereka nilai lebih layak.

Kalau Anda lihat rekaman dimedia, keduanya kritik Ganjar cukup keras. Belum lagi kekecewaan sejumlah relawan Jokowi ke Ganjar. Tapi pada akhirnya sebagaimana tradisi di PDIP, Megawatilah yang punya otoritas menentukan siapa yang akan diusung menjadi Capres dari PDIP.
Sementara Anies begitu tenang karena tidak punya masa lalu dengan Partai Nasdem, bahkan saat menjadi Gubernur DKI Nasdem membela Anies habis habisan dari serangan PDIP.
Lalu pada bagian isi pidato mereka berdua saat deklarasi. Disinilah mulai terlihat jelas perbedaan Anies dengan Ganjar. Dalam pidatonya, Anies fokus dan pinter memilih kalimat yang bisa mendekatkan dirinya dengan Nasdem.
Anies katakan dalam pidatonya soal filosofi Restorasi Nasdem. Bunyi kalimatnya yaitu Kami mencita-citakan demokrasi Indonesia yang matang, yang menjadi tempat Persandinga.

Keragaman dengan kesatuan, dinamika dengan ketertiban, kompetisi dengan persamaan, kebebasan dengan kesejahteraan.
Ucapan Anies soal Restorasi Nasdem jelas signal pesan kuat bahwa dirinya meski bukan kader Nasdem tapi faham tentang apa yang dicita-citakan Nasdem melalui restorasi nasdem.
Dalam teori komunikasi kita mengenal komunikasi budaya, komunikasi antar personal, komunikasi interpersonal, komunikasi massa, komunikasi media dan Anies menggabungkan itu semua menjadi ramuan pidato yang enak didengar, khususnya elit dan kader Partai Nasdem yang mendengarkan saat itu.
Tidak berhenti disitu, upaya Anies meyakinkan Nasdem bahwa dirinya adalah bagian dari keluarga besar Nasdem masih ia lakukan pada isi pidatonya.

Dan pada kalimat berikutnya Anies benar benar mengena jantung Nasdem dengan statement filosofis dari Aceh yang berbunyi, Jasa wa Jadi, Menen tapintah, Menen jadi. Artinya Begitu niat langsung jadi, apa yang diinginkan semoga segera terjadi.
Mengapa yang diambil pepetah Aceh? Disinilah kecerdikan Anies soal komunikasi. Dia tahu bahwa Surya Paloh adalah orang Aceh. Wajar ekspresi Surya Paloh ketika mendengar ucapan itu langsung menatap dengan penuh kagum kepada Anies.
Dalam pidatonya, Anies juga mengirimkan pesan headline ke Jokowi di istana dengan racikan kalimatnya yang mengatakan bahwa dirinya akan berkolaborasi melakukan perubahan, memperbaiki yang kurang dan menuntaskam yang belum. Dari kalimat inilah kemudian muncul tagline Perubahan Berkelanjutan.
Kalimat ini memberikan pesan ke istana bahwa ketika Anies terpiliha jadi Presiden tidak semua program Jokowi dihabisi sebagaimana yang ramai dibicarakan.

Memang Anies pernah membuat istana trauma soal reklamasi di Jakarta dan inilah yang dikhawatirkan istana kalau Anies terpilih maka proyek Ibu kota Nusantara akan bernasib sama dengan reklamasi di Jakarta.

Kelincahan Anies memilih kalimat dalam pidato saat deklarasi mengirimkan pesan kesejumlah pihak, mulai dari pribadi Surya Paloh, partai Nasdem, Istana, mitra koalisi dan para pendukungnya dan rakyat Indonesia secara umum.
Tidak mudah meramu sekaligus menyampaikan pidato yang singkat tapi renyah didengarkan, enak dikunyah dan mampu mengirimkan pesan banyak dalam waktu bersamaan. Dan Anies mampu melakukan itu, skill inilah yang sebenarnya sulit ditandingi tokoh lain dan menjadi personal brand Anies yang kuat dan dia konsisten dengan personal brand yang dimiliki.
Anies tidak terbawa arus dengan gaya pihak lain, seperti pakai sandal jepit, bagi bagi hadiah,apalagi skenario akting sederhana dan merakyat, sejauh ini saya melihat Anies konsisten dengan personal brandnya. ***

Type above and press Enter to search.